CEO Telegram Siap Wariskan Harta ke Lebih dari 100 Anaknya

Uzone.id – Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov meninggalkan pesan ‘menyentuh’. Pavel mengungkapkan bahwa ia akan mewariskan kekayaan miliknya kepada seluruh anak-anaknya.
Aksinya ini, jika dibandingkan dengan bos teknologi lain, Pavel adalah yang paling dermawan dengan keturunannya.
Pavel Durov memang terkenal memiliki banyak anak yang tersebar di 12 negara di seluruh dunia. Pendiri Telegram tersebut melakukan praktik donor sperma sejak 15 tahun lalu, dan kini memiliki 100 anak hasil donor sperma.
Ia juga memiliki enam anak “resmi” yang dilahirkan dari tiga pasangan yang berbeda. Dalam sebuah wawancara dengan media Prancis Le Point, Pavel menegaskan bahwa ia tidak mau membedakan anak-anaknya.
"Mereka semua adalah anak-anak saya dan akan memiliki hak yang sama. Saya tidak ingin mereka saling mencabik setelah kematian saya,” jelas Pavel.
Forbes memperkirakan kekayaan Pavel Durov saat ini senilai USD17,1 miliar atau setara dengan Rp278,6 triliun. Rencananya, Pavel akan membagi kekayaan tersebut kepada anaknya yang jumlahnya lebih dari 100.
Jika Pavel membagikan kekayaannya saat ini, maka setiap anak akan menerima setidaknya USD161,26 juta atau setara Rp2,63 triliun. Itu artinya, ada lebih dari 100 anak-anak generasi Alpha yang akan menjadi miliuner dalam semalam.
Namun, Pavel tidak akan membaginya secara sembarangan. Ia meminta “anak-anaknya” untuk menunggu hingga 30 tahun sebelum membagikan kekayaannya. Terhitung setelah hari wawancaranya dengan media Prancis Le Point.
Artinya, warisan tersebut—mungkin—akan dibagikan Pavel Durov di tahun 2045 mendatang. Kira-kira saat pendiri Telegram asal Rusia tersebut berumur 70 tahun.
Alasannya, ia ingin anak-anaknya hidup seperti orang-orang normal, membangun mimpi mereka sendiri, dan belajar untuk percaya pada diri sendiri dengan tidak bergantung pada warisan yang diberikannya.
Fyi, aksi Pavel Durov ini bukan yang pertama kali mengejutkan publik. Tahun lalu namanya sempat menjadi perbincangan setelah ditangkap polisi di Prancis.
Ceo Telegram tersebut di tangkap berdasarkan surat perintah atas pelanggaran terkait Telegram, termasuk tuduhan soal kurangnya censorship atau moderator konten di dalam aplikasi tersebut.
Sebelumnya, di tahun 2014, Pavel Durov memutuskan untuk meninggalkan Rusia. Kepergiaannya didorong karena ia lebih memilih menolak untuk mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform VKontakte.
VKontakte atau VK sendiri adalah media sosial yang Pavel bangun sebelum Telegram. VK punya fitur yang mirip dengan Facebook dan cukup populer pada masanya.
