icon-category Film

Nyamannya Miley Cyrus dalam She Is Coming

  • 23 Jun 2019 WIB
Bagikan :

Evolusi musik Miley Cyrus menunjukkan kehidupan wanita 26 tahun yang telah bernyanyi di depan kamera sejak anak-anak. Ia pernah tampil sebagai remaja 'normal', tipikal girl-next-door dalam Party In The U.S.A, namun dunia pun takkan lupa kala dia berayun di atas bola besi memakai kostum ketat warna kulit dan menggoyangkan pantat dalam album Bangerz yang kontroversial.

Di sinilah Cyrus sekarang, resmi dinikahi aktor Liam Hemsworth dan merilis mini album bertajuk She Is Coming. Mini album ini menjadi yang kedua di diskografi Cyrus, yang pertama dirilis satu dekade lalu. Pada dasarnya, konsepnya berupa satu album mendatang bertajuk She Is Miley Cyrus yang meliputi tiga mini album, masing-masing She Is Coming (rilis 31 Mei), She Is Here di musim panas, dan She Is Everything pada musim gugur.

She Is Coming memuat enam lagu yang memperdengarkan usaha Cyrus mencari tempat dalam hip hop. Mother's Daughter diposisikan sebagai lagu pertama, sekaligus menjadi single perdana. Ia sudah bernyanyi soal kebebasan dan kekuatan wanita di sini, lirik yang sangat Miley Cyrus dengan musik cenderung modern dan bagian reff yang poppyish. Standar seorang Cyrus.

NME menuliskan, lagu kedua Unholy merupakan 'jawaban' Cyrus atas kritik publik yang diarahkan padanya di era Bangers. Bisa jadi benar. Sejauh ini, masih belum jelas mengapa ia melakukan hal-hal aneh saat itu. D.R.E.A.M lebih mencuri perhatian, RnB zaman sekarang dan ia melantunkan lirik tentang obat-obatan. Ia mengaku lebih memilih Molly dan setelahnya melihat bahwa "All the girls in my room look like Dolly". Apakah yang dimaksud adalah musisi senior Dolly Parton yang adalah ibu baptis Cyrus? Siapa yang tahu.

Untuk D.R.E.A.M, ia berkolaborasi dengan Ghostface Killah. Usaha hip hop Cyrus terasa terlalu keras di Cattitude, kolaborasi bersama Ru Paul, seorang drag queen yang sukses di pertelevisian AS. Salah satu liriknya berbunyi, "I love you Nicki, but I listen to Cardi'. Proyek ini tampaknya membuat banyak orang mengernyit, bukannya Cyrus gagal, hanya saja ia selalu punya cara membuat kaget.

Party Up The Street, bersama Swae Lee dan Mike Will Made-It, sekali lagi, bernada trappy dan trippy. Bagi saya, lagu ini paling menarik dari keseluruhan karena instrumen gesek di dalamnya. Entah bagaimana, rasanya meninggalkan rasa tak tuntas di akhir ketika tiba-tiba lagu berganti ke The Most yang menutup She Is Coming.

The Most menjadi yang paling emosional, paling melodis. Rekan lama Mark Ronson bergabung sebagai produser. Musiknya minimalis, lebih menonjolkan vokal dan gaya bernyanyi khas Cyrus. Ketika She Is Coming usai, album ini seperti memberi gambaran karier Cyrus, atau setidaknya apa yang disukainya. 'Sisa' Party In The U.S.A dan Bangerz yang paling terasa, mungkin karena Cattitude yang akan mengingatkan orang betapa ia dikritik karena dianggap 'bermain-main' dengan kultur kulit hitam.

Cyrus masih harus mencoba lagi untuk hip hop. Secara keseluruhan, She Is Coming tak terbilang gagal. Justru ia terdengar percaya diri dan nyaman menyanyikan keenam lagu di atas, poin bagus karena usai segala yang dilakukannya, akan ironis bila ia masih kebingungan. Cyrus bukan lagi remaja 'baik-baik', namun ia juga sudah tak memprovokasi sambil berayun. Jelas ia bukan Hannah Montana, kelihatannya Miley Cyrus hanya menjadi dirinya sendiri. Permulaan yang baik untuk sebuah konsep besar semacam She Is Miley Cyrus.

Berita Terkait

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : Miley Cyrus 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini