Home
/
Automotive

Mobil China Perang Harga, Pabrikan Klaim Gak Jual Rugi

Mobil China Perang Harga, Pabrikan Klaim Gak Jual Rugi

Brian Priambudi03 July 2025
Bagikan :

Uzone.id - Beberapa bulan belakangan ini, banyak merek mobil China yang menurunkan harga jual produknya di Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan bisa lebih murah Rp100 juta daripada sebelumnya.

Dengan adanya perang harga ini, apakah merek China ini tidak takut mengalami kerugian?

Berdasarkan pengamatan Uzone.id, terdapat beberapa merek mobil China yang meluncurkan produk baru yang lebih murah daripada versi sebelumnya.

Sebut saja BAIC yang memangkas harga mobil BJ40 Plus hingga Rp92 jutaan, kemudian BAIC X55-II Facelift juga mendapatkan penurunan harga hingga Rp93 jutaan padahal fiturnya semakin bertambah.

Ada juga produk dari Chery, seperti C5 yang mengalami penurunan hingga lebih kurangnya Rp50 jutaan dari Omoda 5 dan E5 yang turun kira-kira Rp100 juta dari versi sebelumnya.

Menanggapi hal ini, Budi Darmawan selaku Direktur Pemasaran PT Chery Sales Indonesia menyebutkan meski terdapat penurunan harga, namun pihaknya mengaku tidak mengalami kerugian.

Menurutnya, produsen otomotif pasti menjual produk mobil ingin mencari keuntungan.


Preview



"Kalau rugi, kami enggak digaji dong? Ya seperti yang kami pernah bilang, ini karena economic of scale. Karena kita kan ngejual suatu produk enggak hanya di Indonesia saja. Kita juga jual di negara lain," ujar Budi saat ditemui di Jakarta belum lama ini.

Zheng Shuo selaku Vice President PT Chery Sales Indonesia juga mengeluarkan pernyataan dengan nada yang sama.

Menurutnya Chery masih untung meskipun ada penurunan harga, mengingat penjualan mereka sangat tinggi di Eropa dan Australia yang membuat biaya produksi menjadi semakin murah.

"Jadi volume-nya memang besar. Itu juga salah satu alasan mengapa cost-nya bisa turun. Karena kita yang satu platform selama ini 70 persen ADAS juga bisa di share," ungkapnya.

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Pasaribu, menyebutkan strategi perang harga memang masih efektif di Indonesia terutama untuk kendaraan listrik.

“Di tahap awal, seiring lonjakan penjualan EV sebesar 153 persen pada 2024 yang banyak didominasi merek asal Tiongkok, dengan harga yg kompetitif dan fitur yang lengkap, hal ini menunjukkan bahwa harga kompetitif, ditambah insentif pemerintah, mampu menarik minat pasar,” seperti dikutip dari Antara.

Meski demikian, efektivitas strategi perang harga menurutnya memiliki keterbatasan sehingga produsen perlu memikirkan cara lain untuk mendekatkan konsumen.

"Produsen perlu menggabungkannya dengan pendekatan yang lebih holistik seperti edukasi konsumen, peningkatan layanan purnajual, penguatan citra merek, serta dukungan terhadap infrastuktur dan ekosistem EV," jelasnya.

Yannes juga mengakui saat ini konsumen tidak cuma fokus pada harga beli, tetapi banyak pertimbangan lain hingga reputasi merek mobil yang akan dipinangnya.

"Konsumen tidak lagi hanya fokus pada harga beli, tetapi mulai mempertimbangkan Total Cost Ownership, efisiensi energi, garansi baterai, kualitas komponen, serta reputasi merek, dan layanan purnajual," tutup Yannes.

populerRelated Article
ad