icon-category Technology

Diduga Picu Teror, Facebook, Twitter dan Google Dituntut

  • 05 May 2017 WIB
Bagikan :

Anggota keluarga korban serangan teror San Bernardino menggugat Facebook, Google dan Twitter. Mereka menuduh perusahaan telah membantu kelompok Islam (ISIS) menyebarkan propaganda, merekrut pengikut dan pengumpulan dana.

Gugatan yang diajukan pada hari Rabu (4/5/2017) waktu setempat, di pengadilan federal di Los Angeles, menuduh perusahaan membantu dan mendukung terorisme, memberikan dukungan material kepada kelompok teroris dan bertanggung jawab atas kematian dari 14 korban yang terbunuh dalam serangan 2 Desember 2015 di sebuah Acara pelatihan departemen kesehatan dan pesta liburan.

Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik, suami-istri pelaku penembakan dengan senapan bertenaga tinggi, terinspirasi ISIS. Malik mengungkapkan bahwa dirinya telah berjanji setia kepada kelompok tersebut di halaman Facebook-nya sekitar saat penembakan tersebut, yang juga melukai 22 orang.

Klaim ini menargetkan penyedia media sosial tersebut yang tersebar di seluruh negeri untuk segera diadili. Pengacara yang sama telah menggugat perusahaan yang sama untuk pembantaian di klub malam Pulse di Orlando, Florida pada 2016.

Tuntutan hukum tersebut mengklaim bahwa perusahaan tersebut tidak bertindak tegas untuk memblokir atau menghapus akun para anggota ISIS dan dinilai memberikan peluang bagi mereka untuk meraup keuntungan dari iklan.

"Tanpa tergugat Twitter, Facebook, dan Google (YouTube), pertumbuhan ISIS yang eksplosif dalam beberapa tahun terakhir menjadi kelompok teroris yang paling ditakuti di dunia tidak akan mungkin terjadi," tulis gugatan tersebut.

Gugatan yang diajukan oleh saudara Sierra Clayborn, Tin Nguyen, dan Nicholas Thalasinos mencari ganti rugi uang yang tidak ditentukan.

Sementara itu, Facebook menyampaikan rasa simpatinya kepada korban dan keluarga mereka. Bahkan, perusahaan bergerak cepat menghilangkan konten yang diklaim dibuat ISIS.

"Tidak ada tempat di Facebook untuk kelompok yang terlibat dalam aktivitas teroris atau konten yang mengungkapkan dukungan untuk aktivitas semacam itu," kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Sedangkan, Google dan Twitter belum berkomentar. [US News]

 

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini