Home
/
Lifestyle

Ayolah, Berhenti Bilang ‘Kamu Gemukan’ ke Perempuan

Ayolah, Berhenti Bilang ‘Kamu Gemukan’ ke Perempuan
Birgitta Ajeng19 March 2018
Bagikan :

Uzone.id-"Wah, kamu gemukan, ya, sekarang".

Demikian kata seorang teman perempuan gue kepada teman perempuan yang lain, saat mereka berjumpa kembali setelah ratusan purnama terpisah. Mendengar kalimat tersebut—yang mungkin juga sering dilontarkan oleh umat manusia di luar sana, hati gue langsung pedih.

Teman gue mungkin mengucapkan kalimat tersebut sebagai basa-basi untuk mencairkan suasana. Tapi buat gue tidak. Jelas, basa-basi tersebut sungguh sangat basi. Sebab, menurut gue, hal itu masuk dalam kategori body shaming, alias praktik mempermalukan orang lain dengan mengejek bentuk tubuh.

Menurut pengamatan gue, body shaming bahkan telah masuk ke dunia maya. Lebih tepatnya, ke ranah media sosial lewat komentar negatif para netizen yang budiman.

Contohnya, komentar ofensif tentang bobot tubuh dari sebuah akun di Instagram Selena Gomez. Demi Lovato, Kelly Clarkson, dan J. K. Rowling juga pernah mendapatkan komentar enggak asik tentang bentuk tubuh mereka di Twitter.

Meski tidak enak didengar, mereka memilih untuk tidak ambil pusing dengan tetap menanamkan citra diri positif. Tapi, bagaimana dengan teman atau sahabat di sekitar kamu yang punya citra diri rendah? Apa jadinya bila mereka mendengar komentar negatif tentang bentuk tubuh mereka?

Keberadaan orang dengan citra diri rendah sangat nyata di dunia. Sebagai gambaran, The Park Nicollet Melrose Center (2014) mengumpulkan data tentang orang-orang yang benci pada tubuhnya sendiri. Hasilnya, sekitar 53 persen perempuan usia 13 tahun di Amerika Serikat tidak senang dengan tubuh mereka. Jumlah tersebut meningkat menjadi 78 persen saat usia mereka mencapai 17 tahun.

Ada beberapa kecenderungan yang dapat terjadi pada orang dengan citra diri yang buruk. Menurut penelitian yang dilakukan di Bradley Hospital, Butler Hospital, Brown Medical School, Amerika Serikat (2006), remaja dengan citra diri yang buruk cenderung tertekan, cemas, dan bunuh diri.

Berdasarkan studi lain yang diterbitkan di jurnal The Obesity Society (2017), orang-orang yang berjuang melawan obesitas harus menghadapi stereotip malas, tidak menarik, kurang memiliki tekad, dan menyalahkan kelebihan berat badan mereka sendiri. Semua ini mungkin akan berdampak pada kesehatan dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan metabolik.

Lantas, hasil analisis terhadap dua penelitian tahun 2015 seperti yang Uzone.id kutip dari Huffington Post mengungkapkan bahwa perempuan yang mendapatkan body shaming lebih tinggi mengalami penurunan kesehatan sejak usia remaja.

Ahli mengatakan bahwa hal ini terjadi, karena orang yang mengalami body shaming memprediksikan kesehatan fisik yang buruk. Perasaan ini membuat perempuan kurang responsif terhadap tubuh mereka, dan cenderung melakukan hal buruk yang memicu penyakit.

Kamu yang suka melontarkan kalimat tentang bentuk tubuh orang lain mungkin tidak merasakan apa-apa. Tapi, bila teman kamu yang punya citra diri rendah mendengarkan kalimat negatif tentang tubuhnya, efek negatif di atas mungkin saja terjadi padanya.

Ini bukan soal baper, tapi perkara belajar menerapkan kebiasaan positif, mulai dari berkata positif. Daripada komentar soal bentuk tubuh kepada orang lain, lebih baik kamu menyapanya dengan menanyakan kabar. Rasanya, ini lebih menunjukkan kalau kamu tulus perhatian kepada dia.

populerRelated Article