icon-category Travel

Unik, Masjid di Pulau Penyengat Ini Gunakan Putih Telur

  • 26 May 2017 WIB
Bagikan :

Jika jalan-jalan ke Kota Tanjungpinang, tidak afdol rasanya jika tak menginjakkan kaki ke Pulau Penyengat. Pulau yang terletak di sebelah barat Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau ini hanya berpenduduk berkisar 500 kepala keluarga.

Meski tergolong kecil, Pulau Penyengat memiliki satu masjid besar yang sarat sejarah yaitu, Masjid Sultan Riau. Masjid yang didominasi warna kuning ini memiliki keunikan tersendiri, karena campuran bahan bangunan yang digunakan adalah putih telur.

Wali kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah kepada suara.com menjelaskan bahwa cairan putih telur digunakan sebagai bahan perekat masjid.

Sedangkan warna kuning dipilih karena, kata dia, merupakan cerminan identitas masyarakat Melayu. Maka tak heran jika banyak pengunjung datang ke Pulau Penyengat dan Masjid Sultan Riau berasal dari negeri Jiran seperti Malaysia dan Singapura.

"Penyengat memiliki kekhususan yang tidak ada di tempat lain, di antaranya wisatawan yang datang ke sana wajib berpakaian muslim. Sehingga tidak boleh berpakaian asal-asalan atau bercelana pendek," paparnya.

alt-img

Masjid Sultan Riau sendiri, lanjut Lis, dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman pada 1832 dengan bahan dasar kayu. Namun seiring berjalannya waktu, masjid ini tidak mampu menampung jemaah masjid yang kebanyakan datang dari warga Pulau Penyengat.

Bukan hanya bahan bangunannya yang unik, Masjid Sultan Riau juga menyimpan Alquran yang ditulis oleh tangan Abdurrahman Stambul.

Abdurrahman sang penulis Alquran, dikirim oleh Kesultanan Lingga, sebuah kerajaan Melayu yang berdiri di Lingga, Kepulauan Riau untuk memperdalam ilmu agama Islam di Mesir.

Saat kembali dari Mesir, Abdurrahman didaulat menjadi guru dan terkenal dengan Khat atau kaligrafi gaya Istanbul. Hingga saat ini, Alquran buatan Abdurrahman masih dipajang di dalam Masjid Sultan Riau dalam sebuah kotak kaca.

Pada 2015, Alquran tulisan tangan Abdurrahman diberikan sentuhan pengawet oleh perwakilan Arsip Nasional dan diprediksi dapat bertahan hingga seratus tahun ke depan.

 

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini