Home
/
Film

Setan Jawa, 'Nosferatu' Ala Garin Nugroho

Setan Jawa, 'Nosferatu' Ala Garin Nugroho
Trisno Heriyanto23 August 2016
Bagikan :
Tempo - Terinspirasi film horor bisu hitam putih Jerman, Nosferatu karya Friedrich Wilhem Murnau, sutradara Garin Nugroho akan mempersembahkan Setan Jawa. Sebuah film hitam putih yang akan diiringi langsung orchestra musik gamelan yang digarap seniman Solo, Rahayu Supanggah.

Film ini berkisah tentang cinta dan tragedi kemanusiaan berlatar awal abad ke-20. Kisah antara pemuda miskin Setio yang  jatuh hati dengan Asih, putri bangsawan Jawa. Lamaran Setio ditolak dan membuat Setio mencari peruntungan gelap dengan iblis, pesugihan kandang bubrah. Peruntungan untuk mencari kekayaan demi melamar Asih.  Mereka pun bersatu. Dan Asih mengetahui suaminya menjalani laku pesugihan kandang bubrah. Perempuan ini pun meminta setan pesugihan dan memintanya agar tidak menjadikan suaminya sebagai tiang penyangga rumah saat kematiannya nanti.

Setan Jawa dikisahkan dalam bingkai sejarah periode awal abad ke-20 sebagai konsep waktu yang menarik untuk dieksplorasi,” ujar Garin, produser dan sutradara Setan Jawa dalam siaran pers yang diterima Tempo.

Menurut Garin, kisah ini memungkinkan ekspresi film ini bergerak antara tradisi dan kontemporer dan dalam beragam silang disiplin dan budaya. Film ini, kata Garin,  menyatukan perspektif kontemporer dengan tari tradisi, musik, hingga fashion dalam ruang bebas intrepretasi.

Film bisu ini dikisahkan pada awal abad ke-20, selaras dengan waktu tumbuhnya film hitam putih sekaligus merebaknya fashion, sastra, dan berbagai bentuk seni hiburan di puncak kolonialisme Belanda. Dia menjelaskan film ini bukan drama sejarah tetapi memang menggunakan waktu sejarah dalam bingkai referensi. Era kolonial awal abad ke-20 adalah era pengembangan industrial disertai pengembangan infrastruktur bertumbuhnya gerakan nasionalisme dan juga identitas manusia Jawa yang terepresentasikan pada kehidupan sehari-hari, seni, bahasa dan juga mistik.

Pada era ini, mistik Jawa tumbuh seiring tumbuhnya theosofi, sebuah gerakan religiusitas berbasis harmoni beragam perspektif kepercayaan. “Jalan pesugihan menjadi populer untuk meraih masa depan lebih baik sekaligus sebagai mobilitas sosial dalam dunia baru yang penuh tekanan.”

Untuk mengiringi film bisu ini, Rahayu Supanggah kembali berkolaborasi dengan Garin. Ini adalah proyek antara keduanya setelah 10 tahun lalu mereka berkolaborasi dalam proyek Opera Jawa.

Rahayu Supanggah, seorang seniman musik yang telah dan masih memperkenalkan dan mempopulerkan musik gamelan Jawa ke masyarakat dunia selama lebih dari 40 tahun. Rahayu Supanggah  akan menampilkan sebuah orkestra gamelan yang  dimainkan langsung  oleh 20 pengrawit (pemusik gamelan). Film ini juga akan menampilkan Asmara Abigail sebagai Asih, Heru Purwanto sebagai Setio dan Luluk Ari sebagai Setan Jawa.

Pemutaran perdana film bisu hitam putih dengan orkestra musik gamelan ini akan 3 dan  4 September 2016 pukul 20.00 WIB di Gedung Teater Jakarta, Jl. Cikini Raya no. 73 Jakarta Pusat.

Pada 2012, pemutaran Nosferatu juga diiringi oleh Batavia Madrigal Singers dan Capella Amadeus. Mereka membawakan komposisi musik ciptaan Pierre Oser. Pemutaran world premier akan dilakukan pada Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Februari 2017.

DIAN YULIASTUTI
populerRelated Article