Sponsored
Home
/
Lifestyle

Sering Tiba-tiba Ketiduran? Bisa Jadi Gejala Narkolepsi

Sering Tiba-tiba Ketiduran? Bisa Jadi Gejala Narkolepsi
Preview
Alung Adcha25 July 2016
Bagikan :
Narkolepsi adalah suatu gangguan tidur kronis, di mana terjadi kelainan pada saraf yang menyebabkan seseorang dapat tiba-tiba tertidur dalam waktu dan tempat yang mungkin tidak sesuai untuk tidur. Kelainan ini menyerang kemampuan seseorang untuk mengontrol waktu tidurnya. Orang yang menderita narkolepsi mengalami kesulitan dalam mengendalikan rasa kantuk terutama di siang hari serta sulit untuk tetap bangun dalam waktu yang lama sehingga bisa tertidur kapan saja meskipun sedang beraktivitas.

Narkolepsi biasanya diderita oleh mereka yang berusia antara 15 hingga 25 tahun, meskipun sebenarnya siapapun dari segala usia dapat menderita kelainan ini. Dalam banyak kasus, biasanya narkolepsi tidak terdeteksi dan terdiagnosis sehingga tidak tertangani.

Apa saja gejala narkolepsi?



  • Rasa kantuk berlebihan saat siang hari: mereka yang menderita narkolepsi biasanya mengalami kesulitan untuk bangun dan tetap berkonsentrasi saat siang hari, waktu di mana biasanya seseorang beraktivitas.

  • Sleep attacks: jatuh tertidur tiba-tiba tanpa ada peringatan atau tanda-tanda sebelumnya. Penderita narkolepsi dapat tertidur saat sedang bekerja bahkan berkendara, dan ketika terbangun mereka tidak akan mengingat apa yang sudah terjadi.

  • Katapleksi: merupakan keadaan di mana seseorang kehilangan kontrol atas kekuatan otot-ototnya sehingga menyebabkan rasa lemas. Tidak hanya bisa tiba-tiba terjatuh, cataplexy juga bisa menyebabkan seseorang sulit untuk berbicara. Katapleksi tidak dapat dikontrol dan biasanya cenderung dipicu oleh emosi, baik emosi positif (tertawa atau terlalu bersemangat) maupun emosi negatif (takut, marah, terkejut). Keadaan ini dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. Tidak semua penderita narkolepsi mengalami katapleksi, beberapa hanya akan mengalami katapleksi satu sampai dua kali per tahun sementara ada yang dapat mengalami katapleksi setiap hari.

  • Sleep paralysis: atau sering dikenal dengan sebutan ‘ketindihan‘. Keadaan ini menyebabkan seseorang merasa lumpuh baik saat tidur ataupun saat hendak bangun. Kehilangan kemampuan untuk bergerak dan berbicara merupakan contoh terjadinya sleep paralysis. Kejadian ini dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. Kelumpuhan saat tidur biasanya terjadi saat seseorang memasuki fase REM (Rapid Eye Movement) ketika tidur, di sini merupakan fase di mana mimpi biasanya terjadi sehingga kelumpuhan sementara muncul untuk mencegah kita bergerak karena mimpi.

  • Halusinasi: halusinasi yang dimaksud adalah halusinasi hypnagogic (terjadi ketika kita sedang tertidur) dan halusinasi hypnopompic (terjadi ketika sadar). Halusinasi ini dapat terjadi ketika Anda setengah sadar.

  • Ciri lain yang menjadi karakteristik narkolepsi yaitu gangguan tidur, seperti sleep apnea (keadaan di mana napas tiba-tiba berhenti berkali-kali saat tidur), restless leg syndrome, hingga insomnia. Penderita narkolepsi juga mungkin bergerak-gerak saat tidur dan bermimpi, seperti menendang, meninju, hingga berteriak.


Apa yang menyebabkan narkolepsi?


Penyebab narkolepsi masih belum diketahui hingga saat ini. Tetapi beberapa kasus narkolepsi disebabkan oleh kurangnya senyawa hypocretin (atau disebut juga orexin) dalam otak. Senyawa ini mengatur kesadaran ketika Anda terjaga serta keadaan REM saat Anda tertidur. Kadar hypocretin yang rendah ditemukan pada mereka yang menderita katapleksi. Meskipun belum ada penjelasan mengapa produksi hypocretin pada otak bisa berkurang, tetapi para peneliti mencurigai adanya hubungan antara hal tersebut dengan masalah autoimun.

Beberapa penelitian mengindikasikan adanya hubungan antara narkolepsi dengan terpaparnya seseorang terhadap virus H1N1 (flu babi) serta vaksin H1N1. Tetapi belum ada penjelasan lebih lanjut apakah virus tersebut secara langsung memicu terjadinya narkolepsi atau keterpaparan terhadap H1N1 meningkatkan risiko seseorang menderita narkolepsi di kemudian hari. Dalam beberapa kasus, genetik juga berperan dalam terjadinya narkolepsi.

Apa perbedaan antara pola tidur normal dan narkolepsi?


Pola tidur yang normal biasanya akan melalui dua fase yaitu Non-Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM). Pada fase NREM, gelombang sinyal di otak perlahan-lahan menurun. Setelah beberapa jam, fase REM akan dimulai. Pada tahap inilah biasanya kita mulai bermimpi. Namun, penderita narkolepsi akan langsung masuk ke fase tidur REM tanpa melalui fase NREM. Beberapa karakteristik fase REM seperti katapleksi, sleep paralysis, dan halusinasi dapat terjadi dalam keadaan sadar pada penderita narkolepsi.

Bagaimana cara menyembuhkan narkolepsi?


Sampai saat ini belum ada metode yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya. Tetapi beberapa gejala narkolepsi dapat ditangani dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan. Dokter akan meresepkan obat yang bisa mengontrol rasa kantuk di siang hari, mencegah serangan katapleksi, hingga meningkatkan kualitas tidur di malam hari. Tipe obat yang diberikan biasanya berupa stimulan yang dapat bekerja menstimulasi sistem saraf pusat untuk membantu penderita narkolepsi tetap terjaga di siang hari.

Memiliki jadwal tidur dapat membantu penderita narkolepsi mengatasi rasa kantuk yang berlebihan. Tidur siang selama 20 menit dapat membantu untuk mengembalikan konsentrasi. Usahakan juga untuk pergi tidur di malam hari serta bangun tidur di waktu yang sama setiap harinya. Menghindari alkohol dan nikotin serta rajin melakukan aktivitas fisik dapat membantu mencegah bertambah parahnya gejala-gejala narkolepsi.

BACA JUGA:

The post Sering Tiba-tiba Ketiduran? Bisa Jadi Gejala Narkolepsi appeared first on Hello Sehat.
populerRelated Article