Home
/
Health

Sains di Balik Akupuntur

Sains di Balik Akupuntur
Lampu Edison20 December 2018
Bagikan :

Praktik pengobatan akupuntur atau tusuk jarum telah diperkenalkan di China sejak 3000 tahun yang lalu. Konsepnya tentu bisa membuat orang bergidik ngeri, namun beberapa orang mengakui manfaatnya. 

Prinsip dasar akupuntur adalah meraih keseimbangan pada tubuh manusia. Keseimbangan dalam bahasa Mandarin disebut dengan Yin dan Yang. Yin berarti memelihara, melindungi, dan menerima, sementara Yang berarti keras, dominan, dan juga energik. 

Di antara Yin dan Yang terdapat Qi. Di titik-titik yang dianggap Qi inilah jarum-jarum ditusukkan. 

Ketertarikan dunia barat akan akupuntur telah meningkat dari tahun 2000 hingga tahun 2012. Jumlah orang di Amerika Serikat yang menerima pengobatan akupuntur telah meningkat sebanyak 50 persen.  

Helene M. Langevine seorang Profesor di bidang sains neurology di University of Vermont menulis satu artikel panjang di the-scientist.com mengenai bagaimana akupuntur dilihat dari sudut pandang medis. 

Ia mengatakan bahwa cara kerja akupuntur dapat dilihat dengan memperhatikan satu jaringan penting yang dinamakan jaringan ikat. Jaringan ikat terdiri atas tulang, otot, dan juga tulang lunak. 

Satu hal yang penting bahwa dalam tubuh kita ada sel-sel yang dinamakan dengan fibroblast. Fibroblast ini berfungsi untuk menghasilkan protein yang menyusun jaringan tubuh kita seperti tulang, kulit, dan rambut, dan jaringan-jaringan yang lain. 

Menariknya, fibroblast ini akan merespons terhadap stimulasi mekanik. Jika dikenai stimulasi mekanik, maka fibroblast akan mengatur jumlah protein dan enzim yang diproduksi dengan seksama sehingga mengurangi berbagai keluhan yang berhubungan dengan tulang dan otot seperti peradangan dan juga nyeri sendi.

Preview

Hal menarik lainnya, fibroblast dapat berubah menjadi myofibroblast saat merespons terhadap cedera yang mendadak (inflamasi akut) pada otot. Untuk menyembuhkan otot, myofibroblast menghasilkan protein kolagen dalam jumlah banyak, menjadikan otot yang cedera dapat berkontraksi dan pelan-pelan menutup area yang luka. 

Setelah selesai melaksanakan tugasnya, myofibroblast ini kemudian akan mati. Namun, dalam kasus inflamasi kronis yang terjadi dalam waktu lama, produksi kolagen yang berlebih oleh kolagen justru kadang dapat menimbulkan kanker. 

Bagaimanapun, hal yang penting untuk dicatat, temuan yang dijelaskan di atas adalah hasil eksperimen in vitro (di atas gelas kaca) di dalam lab. Kondisi di dalam tubuh manusia bisa jadi berbeda karena lebih kompleks. 

Di dalam lab, sel fibroblast yang distimulasi dengan jarum merespons dengan merubah bentuk menjadi membesar namun datar. Respons yang sama juga ditemukan saat jaringan yang berisi sel fibroblast ditarik selama 30 menit. 

30 menit juga biasanya merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membiarkan jarum berada di dalam otot pasien dalam tradisi pengobatan akupuntur. Membiarkan jarum berada di bawah kulit selama 30 menit akan membiarkan otot “meregang” selama beberapa waktu. 

Preview

Sumber Gambar: Pixabay

Akupuntur Meridian

Meridian atau titik Qi seperti yang telah disebutkan di awal adalah titik-titik tertentu di tubuh pasien di mana jarum ditusukkan. Titik-titik meridian ini dipercaya tersambung satu dengan lainnya. 

Profesor Langevine dan timnya menemukan bahwa titik meridian berada di area otot atau di antara tulang dan otot. 80 persen terletak di sekitar lengan. Fakta ini masuk akal karena di tangan dan juga kaki terdapat saraf sensory afferent yang menuju ke otak. 

Stimulasi di daerah saraf sensory afferent dapat mengantarkan stimulasi yang berguna bagi otak untuk menghasilkan sistem kendali yang lebih baik bagi jaringan ikat di seluruh tubuh. 

Untuk kedepannya, akupuntur yang selama ini dianggap sebagai metode pengobatan alternatif dapat dikombinasikan dengan pengobatan konvensional menghasilkan apa yang didefinisikan sebagai “pengobatan terintegrasi”. Beberapa publikasi ilmiah berupa jurnal oleh Profesor Langevine dapat dilihat pada keterangan di sumber artikel. 

----------------------

Sumber:
https://www.the-scientist.com/features/the-science-of-stretch-39407
H.M. Langevin et al., “Biomechanical response to acupuncture needling in humans,” J Appl Physiol, 91:2471-78, 2001
H.M. Langevin et al., “Mechanical signaling through connective tissue: A mechanism for the therapeutic effect of acupuncture,” FASEB J, 15:2275-82, 2001
H.M. Langevin et al., “Tissue displacements during acupuncture using ultrasound elastography techniques,” Ultrasound Med Biol, 30:1173-83, 2004

populerRelated Article