icon-category Health

Resep Sederhana Panjang Umur, Optimistis

  • 08 Dec 2016 WIB
Bagikan :
tempo

Orang yang optimistis terhadap kehidupan kemungkinan bisa hidup lebih lama. Demikian menurut sebuah penelitian di Amerika Serikat. Penelitian yang diterbitkan di American Journal of Epidemiology tersebut, menganalisis 70 ribu peserta perempuan sepanjang 2004 hingga 2012.

Studi yang panjang itu melacak kesehatan perempuan melalui survei yang dilakukan setiap dua tahun. Para peneliti melihat tingkat optimisme para peserta dan faktor-faktor lain yang mungkin berperan pada risiko kematian, seperti ras, tekanan darah tinggi, diet, dan aktivitas fisik.

Penelitian tersebut menemukan perempuan yang tingkat optimismenya tinggi memiliki risiko meninggal dunia 30 persen akibat penyakit, dibandingkan dengan wanita yang memiliki optimisme rendah. Sementara itu, perempuan yang paling optimis memiliki risiko meninggal dunia 16 persen lebih rendah akibat kanker, 38 persen lebih rendah akibat penyakit jantung, 39 persen lebih rendah akibat stroke, 38 persen lebih rendah akibat penyakit pernapasan, dan 52 persen lebih rendah akibat infeksi.

Penelitian tersebut merupakan yang pertama kali menemukan hubungan antara optimisme dengan pengurangan risiko penyebab kematian utama lainnya. "Penelitian ini membuktikan bahwa meningkatkan ketahanan psikologis juga dapat membuat perbedaan," kata Eric Kim, seorang peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health dan penulis utama studi tersebut, seperti dikutip Xinhua.

"Penemuan baru kami menunjukkan bahwa kita harus melakukan upaya untuk meningkatkan optimisme, yang telah terbukti berhubungan dengan perilaku sehat dan cara sehat untuk mengatasi tantangan hidup," tambahnya.

Kim menambahkan, studi tersebut menjelaskan bahwa tingginya optimisme berdampak langsung pada sistem biologis manusia. Penulis dan peneliti pascadoktoral, Kaitlin Hagan, mengatakan optimisme relatif lebih mudah diubah dan diintervensi, misalnya dengan hanya sekadar memikirkan hal-hal baik yang dapat dicapai dalam kehidupan mereka, seperti karir atau persahabatan. "Mendorong penggunaan intervensi ini bisa menjadi cara inovatif untuk meningkatkan kesehatan di masa depan," kata Hagan.

BISNIS

Artikel lain:

Memahami Perbedaan Alergi dan Efek Samping Vaksin Flu

Ayo Rutin Periksa Gigi Agar Kesehatan Mulut Tetap Oke

Tren Suplemen Berklorofil, Apa Manfaat Sesungguhnya

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini