Kembali ke Uzone News Portal

icon-category Games

Membuat 31 Game dalam 31 Hari

  • 07 Jan 2017 WIB
  • Bagikan :
    Membuat 31 Game dalam 31 Hari

    Membuat game bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebuah game bisa saja memakan waktu sampai tujuh tahun untuk dikembangkan, tapi banyak juga game yang dirilis dan dikembangkan dari proses game jam selama 48 jam saja.

    Seakan-akan tidak cukup, Alif Harsan Pradipto dari Tempa Labs mencoba membawa proses pembuatan game ke laju yang lebih cepat lagi, yaitu membuat satu game sehari selama satu bulan. Bagaimana dan mengapa Alif melakukan hal ini? Simak kisahnya di bawah ini!

    Tidak mau kalah dalam kreativitas

    Bulan Oktober adalah bulan yang cukup spesial bagi penggiat dunia ilustrasi. Di bulan tersebut, terdapat sebuah gerakan online di mana para seniman, yang kebanyakan sudah terlalu dimanjakan dengan teknik menggambar digital, dapat mengikuti sebuah kegiatan kolektif yang disebut Inktober. Dalam Inktober, setiap harinya para ilustrator diberi tantangan untuk membuat gambar menggunakan tinta dengan tema yang ditentukan.

    Kehadiran Inktober pun memunculkan tantangan serupa dari seniman visual yang memiliki bakat berbeda. Tantangan tersebut adalah Octobit, sebuah gerakan serupa dengan Inktober, namun dengan fokus untuk menghasilkan karya piksel.

    Protober | Animation 1

    Sayangnya dua aktivitas online tersebut hanya terbatas untuk artis saja. “Awalnya penasaran saja dengan rekan-rekan artis yang punya acara asyik seperti Inktober atau Octobit selama sebulan penuh, tapi tidak ada acara serupa untuk programmer seperti saya,” ujar Alif kepada Tech in Asia Indonesia. 

    Alif pun berpikir untuk membuat acara serupa. Tentunya akan sangat sulit untuk membuat sebuah game penuh dalam satu hari selama sebulan. Sebagai gantinya, dia pun memutuskan untuk membuat prototipe daripada game penuh. Kegiatan membuat prototipe setiap hari selama bulan Oktober ini pun ia beri nama Protober.

    Dari subuh sampai berganti hari

    Karena baru berupa prototipe, semua game yang dikerjakan tidak bisa dibilang sebagai game penuh. Bahkan semua aspek visualnya menggunakan “programmer art,” aset gambar simpel yang hanya berwujud kotak-kotak saja, yang penting bisa untuk mengetes alur permainan. Hal ini tetaplah luar biasa mengingat seluruh karya tersebut dikerjakan dalam waktu kurang dari satu hari.

    “Saya hanya bisa fokus mengerjakan prototipe di luar jam kerja, jadi ide-ide game dikonsepkan dulu secara matang setelah subuh, sambil mulai membuat kerangka dasar prototipenya. Premis game yang dikembangkan sendiri saya usahakan berfokus kepada satu hal yang sangat spesifik agar tidak melebar dan menambah waktu pengembangan,” jelas Alif.

    Protober | Animation 2

    “Malam hari setelah jam sembilan baru saya bisa melanjutkan coding dan menyelesaikan prototipenya sampai kurang lebih jam sebelas atau dua belas malam. Sisa waktunya digunakan untuk merekam gameplay dalam bentuk GIF dan disebarkan ke berbagai media sosial yang tersedia.”

    “Dari pengalaman membagi hasil prototipe, saya menemukan kalau konten GIF yang paling efektif untuk melakukan promosi game seperti ini. GIF masih lebih mudah viral atau populer daripada gambar, video, atau pun tautan asli game untuk dicoba.”

    “Oh iya, untuk Protober ini saya murni menggunakan HTML5 dan Javascript dengan framework PhaserJS,” tambah Alif menjelaskan bagian teknis dari Protober.

    Sebuah percobaan untuk masa depan

    Lalu akan diapakan 31 prototipe game yang telah dikembangkan? Tentunya akan sangat sayang jika hasil kerja sebulan tersebut dibiarkan begitu saja.

    “Sebenarnya saya bukan berfokus pada hasil akhir, tapi pada proses dan pengalaman. Selama menjalankan Protober saya selalu mendapat sudut pandang baru tiap harinya akan berbagai mekanik game dan detail minor yang gampang terabaikan, tapi sangat berpengaruh terhadap apa yang dirasakan oleh gamer yang memainkan.”

    Protober | Screenshot

    Saat ini sendiri, Alif tengah mempersiapkan game baru yang dasarnya diambil dari salah satu prototipe yang dikembangkan saat Protober. Bagaimana hasil jadinya, hanya waktu yang dapat menjawabnya. Tapi, apapun jadinya nanti, pelajaran yang telah diperoleh untuk perjalanan mengembangkan game Alif dan tim Tempa Labs ke depannya jelas sangat berharga.

    Ketika ditanya apakah ia berniat melakukan Protober lagi tahun 2017 ini, Alif hanya menjawab “InsyaAllah mau lagi, respons rekan-rekan developer bagus semua soalnya. Syukur-syukur ada yang mau ikut meramaikan juga.”

    Mungkin saja tahun ini benar-benar akan ada lebih banyak lagi developer yang berminat ikutan. Tidak menutup kemungkinan juga, dari ajang belajar ini, akan muncul game asal Indonesia yang bisa mengulang kesuksesan besar seperti Tebak Gambar dan Tahu Bulat.

    Oh iya, kamu juga bisa cek seluruh prototipe game hasil Protober di sini!

    The post Membuat 31 Game dalam 31 Hari, Sebuah Eksperimen di Bulan Oktober Tempa Labs appeared first on Tech in Asia Indonesia.

    Beli voucher games yang mudah dan murah di uzone store

    Tags : games game techinasia 

    Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini