icon-category Film

5 Menit Bersama Christine Hakim

Tampak dari kejauhan, sosok bersahaja pemeran tokoh Yu Ngasirah, Christine Hakim seakan memberi kehangatan di tengah hiruk-pikuk awak media dan para bintang saat gala premiere film Kartini berlangsung.

Wajah yang terpoles riasan tipis tersebut pun seakan menggambarkan betapa lega dan bangganya ia mempersembahkan satu karya terbaru anak bangsa lewat film biopic berjudul Kartini malam itu.

Di satu sudut ruangan yang terletak di lantai atas gedung Metropole yang ikonis inilah, Bazaar berbincang dengan salah satu legenda perfilman Tanah Air, Christine Hakim yang senantiasa menjawab sejumlah pertanyaan dengan penuh karisma.

Harper's Bazaar (HB): Seperti apa proses awal pembuatan film Kartini?

Christine Hakim (CH): Seperti pembuatan film biopic pada umumnya, tentu ada riset kepustakaan. Namun belum cukup karena terlalu subjektif, penting juga riset ke lapangan untuk tapak tilas batin, baik tokoh yang harus dilakonkan ataupun tokoh lain yang berhubungan dengan tokoh utama. Menganalisa lebih dalam dan jauh, sehingga sampai pada proses reading, setiap pemeran bisa lebih fokus

HB: Momen yang tidak terlupakan saat syuting film Kartini?

CH: Ada beberapa, tapi yang saya ingat sekali ada dua hal, terutama saat proses reading
 
 
HB: Seperti?
 
CH: Entah mengapa saya merasakan beban seorang Yu Ngasirah, ibu dari Kartini. Misalnya saja ketika adegan Kartini menyampaikan persyaratan menjelang hari pernikahannya. Saya, dari kejauhan, tetap menempatkan diri sebagai Yu Ngasirah walaupun tidak sedang ikut dalam latihan tersebut. Dan seketika saya menitikkan air mata.
 
Reza dan Dian bertanya, "kok ibu nangis mulu?" Lalu saya jelaskan pada mereka, "karena rasa haru, sedih namun bahagia bercampur aduk saat orang tua melepaskan anaknya untuk menikah"
 
 
HB: Hal kedua?
 
CH: Ketika mengingat Kartini saat beliau tutup usia, setahun setelah ia menikah. Membayangkannya saja membuat saya sedih
 
 
 
HB: Masih ingat film pertama yang ibu perankan?
 
CH: Tentu, Cinta Pertama di tahun 1973 yang disutradarai oleh Teguh Karya
 
 
HB: Menurut ibu, bagaimana industri perfilman Tanah Air kini?
 
CH: Saya bersyukur pergerakannya semakin membaik tapi jangan lantas berpuas hati karena belum 100% optimal, harus terus semangat memajukan perfilman negeri ini.
 
Kekhawatiran saya melihat belum ada sinergi yang kuat dari berbagai pihak. Namun saya percaya bahwa pak Jokowi punya komitmen yang baik bagi industri perfilman, tapi tidak mungkin urusin film terus-menerus, kan?
 
Kalau film luar saja mencoba mendulang potensi besar dari pasar Indonesia, kenapa kita tidak bisa melakukan hal sebaliknya? Padahal industri ini berpotensi menghasilkan devisa bagi negara
 
 
HB: Apa yang pertama kali ibu lakukan di pagi hari?
 
CH: Setelah bangun, saya langsung ke kamar mandi, ambil wudhu dan ibadah
 
 
HB: Hal serupa pun dilakukan sebelum tidur di malam hari?
 
CH: Ya, membersihkan diri lalu berdoa
 
 
 
 
HB: Kiat khusus seorang Christine Hakim dalam menjaga kesehatan tubuh?
 
CH: Banyak minum air mineral, itu yang saya lakukan. Selain itu, saya sering mengkonsumsi jus sayuran
 
 
HB: Jus sayuran?
 
CH: Iya, berbagai macam sayuran. Jadi, saya mencampur baby kailan, bayam, pak choi, selada, mentimun, zucchini, dengan jahe, jeruk nipis, dan madu
 
 
HB: Apa impian terbesar ibu?
 
CH: Saya tidak pernah bermimpi tentang banyak hal, because we never know what will be going to happen in our lives. Mengikuti kemana air mengalir saja. Yang terpenting, saya terus mencari makna kehidupan yang saya jalani.
 
 
Simak juga ungkapan Christine Hakim tentang sosok Kartini lewat video di bawah ini.
 
 

 

 
 
 
(Foto: Evan Praditya)
 

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini